Enaknya kalau kelompok tidak pernah TR. Tabungan kelompoknyapun semakin lama semakin banyak. Itulah yang terjadi pada kelompok 343 yang pada 18 Maret lalu menggunakan tabungan kelompoknya untuk berdarmawisata ke Malang.

DSC_3989 web

Bukan perkara mudah untuk menyatukan waktu luang. Hal inilah yang nampaknya dialami anggota kelompok 343. Kesibukan masing-masing anggota membuat rencana untuk bisa nglencer bareng sulit dilaksanakan. “Sudah lama kita ingin bisa nglencer bareng. Tapi ya,, itu tadi ada saja yang gak bisa. Makanya begitu ada kesepakatan bisa pada 18 Maret maka segera saja kita laksanakan,” ungkap Ibu Samian mantan PPL yang juga pendiri kelompok 343.

Meski sudah disepakati, ternyata pada hari H juga masih ada yang menyatakan tidak bisa ikut. Setidaknya saat itu ada 5 anggota yang menyatakan tidak bisa ikut. Sehingga yang berangkat saat itu ada 24 anggota. Kendati demikian, hal tersebut tidak mengurangi keceriaan anggota kelompok 343 mulai berangkat hingga pulang.

Ketika jarum jam menunjukan pukul 7, bus mini yang mengangkut anggota kelompok 343 mulai bergerak meninggalkan Perumahan Tambak Rejo. Semula sudah direncanakan untuk menghabiskan waktu perjalanan dengan berkaraoke. Tapi sayang, mig yang dibawa crew bus bermasalah. Kendati demikian tidak menghilangkan keceriaan. Mereka justru bisa bercanda dengan saling goda dan saling gojlok. Hal itu terjadi karena memang anggota kelompok 343 ini sudah seperti saudara.

Sasaran pertama Pasar Songgoriti. Karena sejak berangkat sudah ada yang berencana untuk membeli wajan, panci hingga cobek. Menurut mereka, barang yang mereka inginkan itu cuma ada di Pasar Songgoriti. Karena memang bentuknya yang khas dan hanya ada di pasar tersebut.

Ketika bus mulai memasuki kawasan wisata Songgoriti, suasana nampak lengang. Tidak tampak kesibukan hilir mudik para pelancong. “Wah enak rek sepi, bisa leluasa kita,” tukas salah satu anggota setelah melongok keluar jendela bus. Dan betul memang sepi. Tempat wisata Songgoritipun masih telihat tertutup pintunya. “Mungkin kita terlalu pagi,” celetuk anggota lainnya.

Satu per satu anggota keluar dari bus untuk menuju Pasar Songgoriti. Ternyata pasarpun masih belum buka. Salah satu anggota bertanya pada orang yang ada dipasar tersebut. Menurut keterangannya, memang setiap hari Jum’at tempat wisata Songgoriti tutup dan pasar bukanya juga siang. Biasanya pasar buka setelah selesai sholat Jum’at. Mendengar keterangan itu sontak anggotapun tertawa. Entah apa yang ditertawakannya…

Tidak putus asa, anggota masih penasaran untuk melihat-lihat sekeliling pasar, barangkali sudah ada yang buka. Tidak terlalu mengecewakan memang, karena ternyata didalam sudah ada lapak yang dibuka. Anggota yang lainpun ikut menyerbu kedalam. Wajan, panci dan cobek, itulah yang ada dibenak mereka ketika memasuki pasar. Barang-barang yang diinginkan itupun ternyata juga bisa didapatkan. Bahkan mereka juga mendapatkan apel dan jeruk dengan harga yang lebih murah dibanding dengan pasar lainnya.

Setelah tahu tempat wisata Songgoriti tutup bila hari Jum’at, kelompok 343 mulai kehilangan tujuan. Karena memang tidak mungkin berlama-lama ditempat tersebut. Sampai akhirnya mereka sepakat untuk menggeser tujuan ke Selecta. Bus pun bergerak kembali ke Kota Batu dan berlanjut terus ke tempat wisata Selecta.

Sesaat sebelum bus bergerak, nampak ada kesibukan di tempat duduk bagian belakang. Ibu Sumiati, PJ I kelompok 343 nampak dikerumuni anggotanya.  Bu Samian, Bu Parjo dan beberapa anggota nampak mengerumuni Bu Sumiati yang sedang membuka sebungkus sate kelinci yang baru dibelinya. Merekapun makan bersama-sama sambil bercanda tak peduli bus sudah mulai bergerak dan bergoyang-goyang karena jalan yang tak rata.

Pose bersama dipintu masuk Selecta
Pose bersama dipintu masuk Selecta

Memasuki kawasan wisata Selecta, rombongan kelompok 343 kembali mendapatkan suasana yang tidak ramai. “Maksud kita memang berangkat Jum’at untuk menghindari jalan ramai dan macet. Ternyata memang yang kita dapatkan tidak ramai dan tidak macet. Tapi ok lah yang penting happy.. dinikmati saja,” celetuk salah satu anggota yang disambut tawa ceria anggota yang lain.

Tidak berlama-lama, setelah sholat duhur di masjid yang ada dikawasan wisata Selecta, rombonganpun kembali ke Kota Batu untuk berbelanja susu. Ketika kata “susu” disebutkan langsung disambut anggota lainnya untuk dijadikan bahan candaan. Apalagi setelah melihat patung sapi besar di alun-alun Kota Batu.

Memang, apapun yang dijumpai sepanjang perjalanan dijadikan bahan canda bagi rombongan kelompok 343. Sehingga, walaupun tempat tujuan tidak seperti dibayangkan sebelumnya, mereka tetap ceria dan penuh canda tawa. Begitu pula ketika perjalanan pulang, lagu oplosan dan pokok’e joget diminta diputar ulang, untuk bisa dinyanyikan bersama sambil bergoyang dan tertawa. Pokok’e nglencer..pokok’e nglencer.. itulah semboyannya.

Ikatan emosional antar anggota kelompok 343 memang kuat bahkan sudah seperti saudara. Disamping tempat tinggal tidak terlalu jauh, sebagian besar anggota juga merupakan istri pensiunan. Mereka bertemu tidak hanya saat pertemuan kelompok tapi juga pada kegiatan organisasi pensiunan dan pengajian ditempat tinggalnya.

Tapi bukan berarti kelompok yang merupakan pecahan dari kelompok 49 ini tidak pernah mengalami masalah. Kelompok yang dibentuk sebelum tahun sembilan puluhan ini pernah mengalami TR silih berganti yang puncaknya terjadi pada tahun 2005. Sehingga saat itu dikenai sanksi batasan stop SP 3 dan untuk SP 1 dan SP2 totalnya dibatasi hanya Rp 8 juta. Sejak itulah pembenahan kelompok terus dilakukan dan bisa dinyatakan sembuh total pada 2009 dan pada tahun 2012 semua bisa berjalan normal sebagaimana kelompok lainnya.

Dari pengalaman pahit itulah, anggota kelompok ini selalu berhati-hati saat musyawarah. Kontrol masing-masing anggota terus ditekankan disamping juga kontrol secara kelompok. Sehingga keputusan yang dibuat tidak berakibat menyusahkan anggota secara kelompok. “Sekarang ini kalau ada anggota yang telat hadir dan belum titip, anggota lainnya seperti tegang dan takut pengalaman pahit terulang. Alhamdulillah….anggota  sudah sadar akan tanggung jawabnya masing-masing,” tukas Ibu Samian.

Buah dari itu semua, anggotapun bisa terus memupuk simpanan kelompoknya. Karena sudah tidak pernah lagi terjadi TR, sehingga simpanan kelompok terus bertambah. Sebelum digunakan untuk wisata ke Malang, simpanan kelompoknya telah terkumpul Rp 9 juta. Tahun depan telah direncanakan untuk bisa merayakan HUT kelompoknya. Namun ada juga yang mengusulkan untuk wisata bersama lagi ke Solo. Nampaknya wisata bersama ke Malang begitu mengesankan mereka. Walaupun sasaran wisata pada hari Jum’at itu banyak yang tidak tercapai. (gt)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.