Bisnis otomotif menjadi salah satu yang merasakan pukulan telak pandemi Covid -19. Penjualan mobil merosot tajam. Bahkan Astra mengaku mengalami penurunan penjualan hingga 70%. Ibu Kiki Dwi Lestari anggota kelompok 613 sebagai salah satu mata rantai bisnis otomotif ini, tentu merasakan telaknya pukulan pandemi tersebut.

“Sejak pandemi melanda ditahun 2020, jualan mobil sepi. Padahal menjadi sales otomotif itu telah menjadi penopang ekonomi keluarga kami. Sementara suami saya juga belum menentu pekerjaannya. Sehingga kehidupan kami terasa semaki berat. Walaupun demikian, saya tidak pernah TR dikelompok. Karena memang ini menyangkut kepercayaan anggota yang harus saya pertahankan,” ungkap Ibu Kiki.

Itulah sebabnya, Ibu Kiki menyambut gembira ketika Kopwan SBW mengeluarkan kebijakan relaksasi. Kebijakan itupun diambilnya, karena dirasa akan cukup membantu meringankan beban ekonomi keluarganya. “Di bulan Oktober saya ambil relaksasi daripada TR yang justru membebani kelompok. Saya ambil opsi perpanjangan angsuran hingga 30 kali. Sehingga angsuran bulanan bisa turun banyak dan meringankan,” tandasnya.

Meski sudah mendapat relaksasi, Ibu Kiki tetap berupaya untuk bisa lepas dari masalah belitan ekonominya. Ia terus berupaya mencari sumber pendapatan lain diantaranya dengan membuka kembali usaha Petshop yang telah ditutupnya. Begitu pula suaminya, kembali bangkit menekuni bisnis pasir kucing. Perlahan tapi pasti, usaha itupun mulai membawa hasil.

“Sejak awal suami saya itu jualan pasir kucing, tapi kemudian bangkrut. Kemudian mulai dirintis kembali tapi sempat tersendat karena pandemi. Tapi sejak beberapa bulan lalu, pesanan mulai banyak. Bahkan ada yang dari luar pulau. Saya sendiri buka petshop dirumah dan juga sudah mulai rame. Makanya waktu evaluasi relaksasi, saya katakan sudah sanggup untuk membayar angsuran secara normal,” ungkap Ibu satu putra ini.

Bagi Ibu Kiki, Kopwan SBW sangat membantu perekonomian keluarganya. Diceritakannya, ia mulai menjadi anggota sejak 2018. Tekanan ekonomi yang dirasakannya cukup berat akibat usaha suami mengalami kebangkrutan. Sehingga ekonomi keluarganya hanya mengandalkan petshopnya. Tak mengherankan hutangyapun dimana-mana walau dalam nilai kecil-kecil. Itulah sebabnya begitu mendapat fasilitas pinjaman dari Kopwan SBW, semua hutang tersebut ditutup. Sehingga hanya ada satu di Kopwan SBW.

Dalam perjalanan, ternyata petshop juga makin sepi seiring habisnya kontrak tempat tersebut. “Dengan sepinya petshop, saya mencoba mencari kerja dan Alhamdulillah diterima di Astra sebagai sales. Kondisipun mulai membaik tapi petshop saya tutup. Kemudian saya ambil pinjaman SP1 untuk memodali suami agar memulai kembali bisnis pasir kucing. Usaha itupun mulai jalan tapi sempat terkena imbas pandemi,” papar Ibu Kiki Dwi Lestari.

Kendati kondisi ekonomi keluarga Ibu Kiki mengalami pasang surut, tapi untuk urusan kewajiban pada Kopwan SBW tak pernah dilalaikannya. Termasuk ketika kondisi pandemi yang terus menggerus pendapatannya. Baginya kepercayaan dari kelompok amat penting dan harus dipertahankan. Itulah sebabnya begitu kondisi ekonomi mulai membaik dimana usaha mulai jalan, maka iapun menyatakan sanggup lepas dari relaksasi.

Apa yang disampaikan Ibu Kiki tersebut juga dibenarkan oleh Ibu Siti Masyitah selaku PPL kelompok 613. “Ibu Kiki sempat ingin mengundurkan diri karena tidak ingin merepotkan teman-teman dikelompok. Tapi karena konditenya baik, maka kelompok berusaha mempertahankan. Sampai akhirnya keluar kebijakan relaksasi yang cukup dirasakan meringankan. Iapun merasa terbantu dengan kebijakan tersebut. Alhamdulillah setelah 3 bulan usahanya mulai bangkit dan ia melepas relaksasinya,” tukas Ibu Sita.

Diakui pula, Ibu Kiki termasuk salah satu pejuang kelompok ketika mengalami masalah. Ia termasuk yang  gigih dalam mempertahankan ekistensi kelompoknya. Hal itu dilakukan karena ia merasa banyak mendapat manfaat dari Kopwan SBW. Sehingga ia juga merasa ikut bertanggung jawab atas eksistensi kelompoknya. (gt)