wanita pengusaha 1

Ikut pelatihan ataupun kursus ketrampilan dimanfaatkan betul sebagai bekal membuka usaha. Walaupun tidak semua usaha yang dirintisnya mencapai sukses. Itulah Ibu Lusiana anggota kelompok 100.

Pagi itu, Ibu Lusiana nampak sibuk di dapur. Karena pada pukul 2 siang, pesanan 200 kotak nasi harus sudah terkirim. Padahal pada paginya ia juga harus sudah menyelesaikan sekitar 70 kotak nasi kuning untuk dikirim di tiga tempat di sekitar Rungkut Barata. “Kalau yang nasi kuning ini rutin setiap pagi,” tukasnya sambil mengaduk bumbu diatas kompor.

Istri pemain Persebaya tahun delapan puluhan ini memang mengerjakan pesanan tersebut hanya seorang diri. Tapi ketika pesanan sudah mencapai diatas 200 kotak, ia tidak sanggup mengerjakan sendiri. Untuk itulah ia mengajak Ibu Ana, PJ I kelompok 100 yang juga adik iparnya itu untuk membantunya. Karena memang, Ibu Lusiana tidak hanya menerima pesanan nasi kotak, tapi juga nasi tumpeng dan masakan lainnya untuk pesta atau resepsi.

Usaha kuliner yang ditekuni Ibu Lusiana saat ini, sebetulnya juga bukan usaha yang baru dirintis. Karena sebelumnya Ibu Lusiana sudah pernah berjaya dalam usaha catering. Namun sayang usaha tersebut tidak bisa langgeng. Persaingan ketat ditambah dengan adanya sabotase dari dalam membuat usaha Ibu Lusiana tidak bisa dipertahankan.

Ibu Lusiana bersama suami dan cucu
Ibu Lusiana bersama suami dan cucu

Sebetulnya sebelum menekuni usaha catering, Ibu Lusiana juga sudah membekali dirinya dengan berbagai ketrampilan dan pengetahuan terkait dengan usaha tersebut. Berbagai paket pelatihan kuliner atau memasak diikutinya. Termasuk pelatihan yang diselenggarakan Kopwan SBW. Bahkan untuk mewujudkan usaha catering itu, ia juga merekrut juru masak hotel dan restorant. Walaupun sifatnya part-time.

“Saya memang harus tahu banyak tentang seluk beluk usaha yang akan saya tekuni. Makanya saya mengikuti berbagai paket pelatihan. Karena bagaimanapun saya tidak bisa mengandalkan sepenuhnya pada orang-orang yang membantu usaha saya ini. Walaupun kemudian akhirnya kena telikung juga. Tapi ya.. sudahlah… saya mengalah. Karena waktu itu suami saya juga masih aktif sebagai karyawan BRI. Jadi ndak seberapa ngoyo,” ungkap ibu yang telah menjadi anggota Kopwan SBW sejak tahun 1986 ini.

Dengan posisi suami sebagai karyawan Bank BRI, memang kondisi ekonomi keluarga Ibu Lusiana terbilang cukup mapan walaupun tidak berlebih. Kondisi inilah yang ternyata membuat daya juang Ibu Lusiana dalam usaha kurang power full. Berbeda dengan saat ini, dimana posisi suami sudah pensiun dan tidak banyak kegiatan dirumah. Apalagi putri terakhirnya juga masih membutuhkan biaya besar untuk kuliahnya.

“Ketika suami saya menjelang pensiun, kita mencoba mencari kesibukan dengan membuka usaha lagi biar nggak bengong aja dirumah. Karena waktu itu, dirumah ini hanya saya dan anak terakhir saja. Dua putri saya sudah berkeluarga. Sekarang apalagi… anak saya yang terakhir kuliahnya di Malang. Jadi dirumah ini hanya tinggal berdua,” ujar istri Bapak Budi Juhanis, pemain Persebaya tahun delapan puluhan ini.

Ibu Lusiana akhirnya membuka usaha jualan nasi diteras rumahnya. Pilihan usaha inipun tidak salah, terbukti jualannya tidak pernah sepi pembeli setiap harinya.  Tapi nampaknya ujian usaha datang lagi. Semakin lama jualannya semakin sepi pembeli. Bahkan pernah suatu hari tidak ada satupun pembeli.

“Saya itu sampai heran kenapa demikian. Sampai akhirnya ada tetangga yang bertanya kenapa ia beberapa hari itu tidak berjualan. Akhirnya saya berganti cara berjualannya. Jadi tidak lagi menuggu pembeli tapi mencoba jemput bola dengan mencari tempat-tempat yang mau menerima produk saya. Dengan cara inilah yang berjalan hingga sekarang. Setidaknya saat ini ada tiga tempat di kawasan Rungkut Barata yang menerima nasi kuning saya setiap paginya,” ujar Ibu Lusiana.

Seiring dengan perjalanan waktu, usaha inipun terus berkembang. Kalau tadinya hanya sekedar pengisi waktu luang dimasa pensiun, kini telah menjadi kesibukan tersendiri setiap harinya. Pesanan dengan aneka menu terus mengalir dari berbagai kegiatan mulai dari kegiatan sosial hingga keagamaan dan hajatan. Walaupun belum sebesar usaha catering yang pernah digelutinya dulu.

Usaha dibidang masakan, sebetulnya juga bukan usaha pertama yang pernah digeluti Ibu Lusiana. Dimasa putri-putrinya masih kecil, Ibu Lusiana juga pernah membuka usaha salon kecantikan dirumahnya. Usaha ini diawali dari mengikuti berbagai paket pelatihan kecantikan untuk mengisi waktu luang ditengah kesibukan sebagai ibu rumah tangga.

Tidak hanya sekedar mengikuti pelatihan, ia juga terus menambah pengalaman dengan bekerja di sebuah salon kecantikan yang cukup ternama di Surabaya. Hampir tiga tahun setengah semua itu dijalani, sampai akhirnya ia membulatkan tekat untuk membuka salon kecantikan dirumahnya. “Kalau membuka usaha dirumah, saya tetap bisa berpenghasilan untuk menopang ekonomi keluarga dan juga bisa memberikan perhatian pada anak-anak,” ujar ibu lima bersaudara yang kesemuanya menjadi anggota Kopwan SBW ini.

Usaha inipun terus berkembang dan cukup dikenal dikawasan Rungkut Barata. Tapi seiring dengan waktu, salon kecantikanpun tumbuh bak jamur dimusim hujan dikawasan tersebut. Sehingga persaingan semakin ketat. Lagi-lagi Ibu Lusiana tidak siap dalam persaingan tersebut. Ia lebih memilih mundur dari usaha salon kecantikan dan ingin lebih focus dalam mengurus putri-putrinya. Disamping itu, kondisi ekonomi keluarga Ibu Lusiana juga bertambah mapan. Karena saat itu Bapak Budi Juhanis masih aktif sebagai pemain Persebaya dan juga sebagai karyawan Bank BRI. (gt)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.