Wisata rame-rame tentu menyenangkan dan akan banyak kesan yang didapat. Seperti juga kelompok 269 yang telah lama menginginkan untuk bisa wisata rame-rame. Tapi keinginan tinggal keinginan, karena untuk menemukan waktu yang sama dimana semua anggota bisa ikut, ternyata bukan perkara mudah. Ada saja anggota yang tidak bisa ikut kerena kesibukannya.
“Sudah lama kita ingin bisa wisata bareng. Mulai terbentuk hingga sekarang sudah 24 tahun, rencana wisata bareng itu belum pernah bisa dilaksanakan. Makanya begitu anggota sepakat 3 Maret berangkat ke Yogya, maka segera saja kita laksanakan,” ungkap Ibu Niken Tri Pramudyawati, PJ 1 kelompok 269.
Meski sudah menjadi kesepakatan bersama, tapi ternyata masih ada saja yang berhalangan ikut. Setidaknya saat itu ada 5 anggota yang menyatakan tidak bisa ikut. “Alhamdulillah, ada pengganti 5 orang yang terdiri dari 2 suami anggota dan 3 anak anggota. Sehingga yang berangkat bisa tetap 20 orang. Sayangnya Ibu PPL tidak bisa menyertai karena bersamaan dengan binaan di kelompok lain,” ujar Ibu Niken.
Dengan kereta Sancaka rombongan berangkat dari Surabaya pukul 07.30 menuju ke Yogyakarta. Hampir 6 jam diatas kereta ternyata tidak terasa. Karena selama perjalanan diisi dengan saling canda tak ubahnya acara reuni. Di Yogyakarta, rombongan menginap di Hotel Malioboro Palace.
Sesampai di Yogyakarta, sasaran pertamanya wisata belanja di Pasar Beringharjo. Karena anggota kelompok 269 sudah berencana untuk belanja perlengkapan pengantin, baju batik, seprei batik hingga tusuk konde. Semua barang yang akan dibeli tersebut bukan untuk konsumsi sendiri tapi untuk usaha. Menurut mereka, barang-barang tersebut memang adanya cuma di Pasar Beringharjo. Selain itu harganya juga lebih murah dan masih bisa ditawar.
Sasaran berikutnya, Keraton Yogyakarta kemudian berlanjut ke Taman sari. Setelah puas di dua tempat bersejarah tersebut, rombongan melanjutkan perjalanan menuju museum Pak Harto. Ditempat inilah rombongan bisa menyaksikan film dokumenter perjalanan Soeharto kecil hingga menjadi Presiden RI.
Derai tawa dengan berbagai cerita telah mewarnai perjalanan. Rasa lelahpun seakan tertebus dengan keceriaan. Bahkan beberapa anggota yang dikhawatirkan kambuh penyakitnya ternyata tetap dalam kondisi sehat. “Alhamdulillah Ibu Hindun tidak sampai kambuh penyakit jantungnya. Demikian juga dengan Ibu Kartiningsih, kolesterolnya tetap normal. Kebersamaan dalam keceriaan telah menjadi pengobatnya,” tukas Ibu Niken. (–)