Kenang-kenangan Ulos dari Dinkop&UMKM Prov Sumatera Utara

Dua hari berturut-turut, Kopwan SBW mendapat kunjungan tamu yang berbeda. Pada 27 September, kunjungan dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surakarta. Sedang pada esok harinya, tamu dari Dinas Koperasi dan UKM Prov Sumatra Utara. Peserta kedua rombongan untuk study banding inipun ternyata juga sama jumlahnya yaitu 38 orang.

Kenang-kenangan dari Dinkop & UMKM Kota Surakarta

“Di Surakarta terdapat sekitar 250 koperasi. Setiap tahun sudah kita agendakan untuk mengadakan kunjungan ke koperasi-koperasi yang sudah maju. Hal ini untuk memotivasi dan inspirasi bagi pengembangan koperasi di Surakarta. Nama Kopwan SBW termasuk yang sudah sangat kita kenal. Dari sini kita ingin belajar bagaimana pengelolaan lembaga dan usahanya,” ujar Ibu Nur Hariyati, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surakarta dalam kata sambutannya.

Diakui, hingga saat ini membangun koperasi yang beranggotakan pelaku UKM ternyata relatif lebih sulit. Untuk itulah kunjungan ke Kopwan SBW ini dimaksudkan juga untuk belajar bagaimana mengorganisir pelaku UKM ini di dalam koperasi.

Terkait dengan masalah tersebut, pelaku UKM di Kopwan SBW tidak diorganisir secara khusus. Dulu memang pernah dilakukan dengan sebutan KPPK yang beranggotakan para pedagang kecil di pasar. Tapi sejak tahun 2000 sudah melebur menjadi kelompok tanggung renteng. Hingga kini para pelaku UKM tersebar dibanyak kelompok anggota Kopwan SBW. Bagi mereka ini kemudian mendapat perlakuan khusus dalam pinjaman melalui kelompok ekonomi. Hingga saat ini terdapat 60 kelompok ekonomi.

“Kopwan SBW ini memang unik. Semua anggotanya wanita. Uniknya lagi pengelolaan usaha simpan pinjam seperti dilakukan Grameen Bank di Bangladesh. Pada tahun 2007, Pengurus Kopwan SBW pernah diundang ke Sumatera Utara sebagai narasumber untuk memperkenalkan sistem tanggung renteng,” ungkap Ibu Mardiana, Kepala Bidang Kelembagaan Dinas Koperasi dan UKM Prov Sumatera Utara.

Peserta dari Sumatera Utara

Tak beda dengan tamu lainnya, peserta study banding dari Sumatera Utara inipun penasaran dengan Sistem Tanggung Renteng. Apalagi setelah mereka mendapat informasi bahwa dengan sistem tanggung renteng, Npl bisa ditekan hingga 0%. Mereka juga tak menyangka bila Prof  Yunus pendiri Grameen Bank terinspirasi sistem tanggung renteng setelah bertemu dengan Ibu Mursia Zaafril Ilyas.

Sebagaimana dijelaskan Ibu Indra, Ketua Kopwan SBW, sejak berdiri tahun 1978, Kopwan SBW sudah menerapkan sistem tanggung renteng. Sebelumnya, sistem ini juga sudah diterapkan terlebih dahulu di Kopwan Setia Budi Wanita Malang. Jadi penerapan sistem tanggung renteng ini jauh sebelum ada Grameen Bank di Bangladesh. (gt)