Dapatkan informasi dari sumbernya langsung. Begitulah yang ingin disampaikan instruktur dari Lapenkopnas dalam pelatihan untuk PJ Kopwan SBW. Pesan inipun dibuktikan dengan “game pesan berantai” yang dimainkan oleh peserta pelatihan. Dari game itu ditunjukan bagaimana sebuah informasi bisa berubah. Semakin panjang jalur yang dilalui maka semakin besar perubahan yang terjadi. Perubahan itu bisa berupa pengurangan atau penambahan sehingga merubah arti dan makna informasi awal. Dalam ilmu komunikasi diistilahkan dengan distorsi pesan.

PJ Belajar Komunikasi Efektif
Komunikasi merupakan unsur terpenting dalam kehidupan. Tak terkecuali dalam kelompok. Terkait dengan hal itu, pada 22-23 Nopember digelar pelatihan untuk PJ dengan mengusung tema membangun komunikasi efektif dalam kelompok.

Selain itu, peserta juga diajak memainkan kartu karakter. Dalam hal ini setiap peserta diminta memilih salah satu kartu yang sesuai dengan karakternya. Kemudian mereka diminta untuk mengkomunikasikan karakter tersebut kepada peserta lainnya didalam sebuah kelompok. Dari permainan itu, nampak sekali bagaimana pola komunikasi masing-masing peserta. Ada yang tegang tapi ada juga yang terlihat santai bahkan ada yang diselingi tawa. Anggota tubuh merekapun ikut menunjang cara mereka berkomunikasi. Mulai dari tatapan mata hingga gerak tangan dan tubuh mereka. Tapi ada juga yang nampak duduk kaku sambil malu-malu dengan suara yang lirih.

Dari berbagai gaya berkomunikasi pada permainan tersebut,  kemudian dijadikan bahan untuk menjelaskan tentang efektifitas sebuah proses komunikasi. Diantaranya disampaikan bahwa seorang pembicara juga harus bisa menjadi pendengar yang baik. Tidak ngomong sendiri tanpa peduli orang tertarik atau tidak, tanpa peduli orang mau mendengarkan atau tidak. Dalam hal ini Bp Arifudin menggunakan beberapa istilah untuk menghindari kegagalan komunikasi. Hal-hal yang harus dihindari tersebut diistilahkan dengan KURUS: kurang focus, KUDIS: kurang disiplin, KUSAM: kurang kerjasama, KUPER: kurang persiapan, KUALAT: kurang berlatih, KUSTA: kurang strategi, KUTIL: kurang teliti, KURAP: kurang rapi, KUNO: kurang inovatif.

Disamping itu sebagai komunikator yang baik harus punya kesiapan, kesungguhan, ketulusan, percaya diri, ketenangan, keramahan, kesederhanaan, cakrawala luas, rasa ingin tahu, antusiasme, empati dan mempunyai gaya bicara sendiri. Hal inilah yang seharusnya dimiliki oleh seorang PJ agar komunikasi dalam kelompok lebih dinamis dan membawa rasa nyaman bagi anggotanya.

Pada kesempatan tersebut instruktur juga menyampaikan tentang penyebab komunikasi yang tidak efektif. Diantaranya disebabkan oleh pembicaraan yang bertele-tele dan tidak jelas apa yang ingin disampaikan. Apalagi bila si pembicara tidak percaya diri dan menyampaikan pesan dengan malu-malu. Sebaliknya komunikasi juga tidak efektif bila pesan yang disampaikan dengan cara tidak simpatik misalnya dengan marah-marah. Komunikasi juga menjadi tidak efektif  bila berlangsung satu arah sehingga tidak terjadi interaksi aktif antara komunikator dan komunikan. Kalau di kelompok adalah interaksi antara PJ dan anggotanya.

Pelatihan yang diikuti 379 PJ ini dibagi menjadi 8 kelas. Setiap hari digelar 4 kelas yang dibagi kelas pagi dan kelas siang dan berlangsung mulai 22-23 Nopember. Sedang untuk instrukturnya diambil dari Lapenkop Nasional yaitu Bp Arifudin, Bp Irawan dan Bp Priyatna. Dengan pelatihan ini diharapkan agar PJ mampu melakukan komunikasi yang efektif dikelompok. Sehingga kelompoknya bisa berkembang lebih dinamis dan nyaman bagi anggotanya.

Pelatihan dengan instruktur dari Lapenkop Nasional ini berlanjut pada 24 Nopember, yang diikuiti Pengurus, Pengawas dan PPL. Sedang tema yang diangkat, Mind Mapping dengan instruktur  Bp Arifuddin. Dalam pelatihan ini diawali dengan pengenalan cara kerja otak. Dengan mengetahui hal itu, diharapkan akan muncul kemampuan untuk memaksimalkan kerja otak. Diantaranya bagaimana memenej otak  dengan mind mapping (peta pikiran).

Pada kesempatan tersebut, Bp Arifuddin mencontohkan bagaimana membuat mind mapping. Dijelasakan dalam pembuatan mind mapping ini dimulai dari idea atau masalah pokok yang digambar di tengah kertas. Kemudian dari tengah tersebut dikembangkan dengan membuat cabang ke kanan dan ke kiri yang merupakan cabang pemikiran. Sehingga dari gambar atau peta tersebut, bisa dilihat semua permasalahan hanya dengan melihat sepintas. Dengan mind mapping ini akan sangat membantu dalam pembuatan perencanaan dan pengambilan keputusan. Waktupun menjadi lebih efisien dan bisa lebih kreatif dalam penyelesaian. (gt)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.