Semangat kembali kepada alam mulai merebak keberbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia fashion. Harga produk tekstil dengan pewarna alampun dihargai tinggi. Saat ini teknik pewarnaan alami pada kain yang cukup mengemuka adalah ecoprinting. Sebuah teknik pewarnaan yang sederhana tapi  dapat menghasilkan motif yang unik dan otentik.

Seakan tidak ingin ketinggalan moment tersebut, anggota Kopmen Setia Bhakti Wanita mengusulkan ketrampilan ecoprint menjadi salah satu agenda pelatihan ditahun 2022. Jenis pelatihan ketrampilan itupun telah masuk dalam keputusan Rapat Anggota membahas RK-RAPB 2022 yang diselenggarakan pada Desember 2021 lalu.

Agenda pelatihan untuk anggota itupun telah dilaksanakan pada 21-22 Juli 2022. Dalam pelatihan yang diikuti 51 anggota itu, Kopmen Setia Bhakti Wanita bekerjasama dengan CV Alia Mitra Sejati. Badan usaha milik anggota tersebut memang bergerak dalam produksi kain ecoprint dan sering memberikan pelatihan kepada masyarakat.

Dalam pelatihan yang diselenggarakan di Gedung Kopmen Setia Bhakti Wanita itu, dipandu oleh Laksmiwati Etty (klp 362), Mas Sukma Indah (klp 362) dan Lely Rusarani (Klp 601) yang memang sudah lama menggeluti  ecoprint. Pelatihan ecoprint tahun ini merupakan yang kedua kalinya yang diselenggarakan Kopmen Setia Bhakti Wanita.

Berbeda dengan pelatihan sebelumnya yang menggunakan teknik pounding, pelatihan kali ini menggunakan teknik iron blanket. Pebedaan kedua teknik tersebut pada dua tahap paling akhir. Pada teknik pounding dilakukan dengan memukul daun pada kain menggunakan palu kayu. Sedangkan pada teknik Iron blanket, menggulung kain menggunakan paralon untuk mengeluarkan warna daun pada kain.

Pada kesempatan tersebut, Laksmiwati Etty selaku instruktur menjelasakan bahwa tidak semua jenis kain bisa dipakai. Hanya kain dari serat alam yang bisa digunakan.  Karena untuk memudahkan penyerapan warna dari daun ke serat-serat benang. Dengan demikian jenis kain yang dapat digunakan pada teknik ecoprinting; kain belacu, kain mori, kain dobby,kain paris, katun sari, kain sutra dan kain katun.

Disarankan juga untuk menentukan apakah sebuah tanaman bisa dijadikan pewarna alami dalam ecoprinting atau tidak. Hal itu dapat diuji berdasarkan warna, kandungan air dan aroma tanaman. Kandungan air sangat mempengaruhi keberhasilan proses ecoprinting sendiri. Dicontohkannya daun yang bisa digunakan antara lain daun jati, eucalyptus, stroberi, jambu, pare, pohon nangka, tanaman bougenfile, daun papaya, daun kelor, daun pakis dan sebagainnya.

Disampaikan lebih lanjut, secara umum ecoprinting hanya diaplikasikan pada selembar bahan kain. Namun pada prinsipnya juga sangat bagus bila diterapkan pada berbagai produk pakaian maupun perlengkapan rumahtangga seperti; scraft, serbet, tirai, baju, celana, pashmina, sprei, kerudung, payung, sepatu dan tas. Dengan demikian  tinggal bagaimana berkreasi. (gt)