Tamu yang berkunjung ke Kopwan SBW pada 8 Mei lalu memang terasa istimewa. Meski bukan dalam paket pelatihan, tapi kunjungan itu berlangsung mulai pukul 9 hingga magrib menjelang. Bahkan waktu yang disediakan Kopwan SBW itupun terasa belum cukup. Tamu tersebut adalah dari Koperasi “AKU” Sejahtera yang di Ketuai oleh GKR Pembayun, Putri dari Sri Sultan HB XI.

Sayangnya GKR Pembayun tidak ikut serta dalam rombongan ini. Kendati demikian, selain Pengurus Koperasi “AKU” Sejahtera, dalam rombongan ini juga disertai pendamping yang berlatar belakang akademisi, tokoh kependudukan dan aktivis UMKM. Tak mengherankan bila proses dialog terjadi sangat intens. Pertanyaan yang diajukan, seakan tidak ada habisnya.

Mengunjungi pertemuan kelompok 541

Selain mendapatkan penjelasan tentang profil Kopwan SBW, rombongan dari DI Yogyakarta ini juga mendapat meteri tentang sistem tanggung renteng, walau hanya sekilas. Karena memang waktunya tidak memungkinkan bila harus dijelaskan secara mendetail sebagaimana pelatihan. Apalagi, selain materi dikelas juga ada kunjungan kelompok. Pada kesempatan tersebut, rombongan dibagi dua untuk menghadiri pertemuan kelompok 541 dan kelompok 536.

Nampaknya, basis keanggotaan dari Koperasi “AKU” Sejahtera hampir sama dengan keanggotaan Kopwan SBW. Anggota Koperasi AKU Sejahtera terhimpun dalam kelompok-kelompok sebagaimana anggota Kopwan SBW. Karena memang keanggotaan koperasi ini merupakan gabungan dari kelompok UPPKS se DI Yogyakarta.

“Anggota kami 90 % perempuan yang tergabung dalam kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). Makanya koperasi kita bernama AKU yang merupakan singkatan dari Asosiasi Kelompok UPPKS. Saat ini jumlah kelompok kami ada 499 kelompok yang tersebar diseluruh wilayah DIY,” papar Bapak Sudarman yang ditunjuk sebagai koordinator rombongan.

Kesamaan keanggotaan inilah yang membuat Koperasi AKU Sejahtera memilih Kopwan SBW sebagai tempat study banding. Tak mengherankan, dalam rombongan ini pula disertai para pendamping yang sudah berpengalaman dalam pemberdayaan kelompok.  “Sudah lama kita ingin bersilahturahim ke Kopwan SBW. Bahkan sejak tahun lalu sudah kita rencanakan untuk belajar dari Kopwan SBW tentang sistem tanggung renteng. Nanti akan kita lakukan kajian lagi sehingga sistem tersebut bisa diaplikasikan pada kelompok UPPKS,” ujar Bp Sudarman.

Seperti diketahui sejak awal tahun 1980, pendekatan negara dalam program KB telah dikembangkan melalui pendekatan “Beyond Family Planning Approach”. Sehingga tidak melulu pelayanan KB, tetapi juga ikut serta dalam menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan keluarga melalui kegiatan ekonomi produktif keluarga. Maka ditumbuhkannlah Usaha Peningkatan Keluarga Akseptor (UPPKA) yang pada tahun 1995 berubah nama menjadi Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS).

Tahun 1994, tercatat jumlah kelompok UPPKS mencapai 560.000 kelompok dengan anggota sebanyak 12.000.000 orang di seluruh Indonesia. Program ini mendapatkan dukungan melalui APBN, BUMN dan bantuan swasta. Tahun 2001, bantuan modal melalui APBN dihentikan, sehingga jaringan kelompok yang sudah terbina lama itu terancam keberlangsungannya.

Asosiasi Kelompok UPPKS  (AKU) ini dibentuk dengan tekad memperjuangkan aspirasi dan mengupayakan keberlangsungan eksistensi Kelompok UPPKS yang sebeneranya bisa menjadi garda terdepan negara dalam hal pengendalian penduduk dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Asosiasi telah berhasil menggandengkan kelompok UPPKS dengan kalangan BUMN, swasta dan lembaga donor untuk terus melanjutkan kiprah dan peran Kelompok UPPKS.

Tahun 2012-2015, tercatat jumlah kelompok yang masih tersisa sebanyak 91.748 kelompok dan beranggotakan hingga 1.320.860 orang, dengan mayoritas anggota (92%) dari kalangan ibu-ibu di seluruh Indonesia.

Sejak tahun 2014 hingga saat ini, AKU telah berhasil menjembatani ratusan kelompok UPPKS dengan kalangan perbankan, BUMN, BUMD, Swasta nasional, NGO dan perseorangan yang concern terhadap pemberdayaan ekonomi keluarga dan ekonomi rakyat. Sementara di DIY, atas prakarsa GKR Pembayun dibentuklah Koperasi AKU Sejahtera.

Bagi Kopwan SBW, apa yang didapat dari hasil kunjungan Koperasi AKU Sejahtera DIY ini juga bisa menjadi pembelajaran. Bagaimana menjadikan kelompok tidak hanya sekedar urusan simpan dan pinjam. Tapi juga sebagai wadah bagi anggota untuk bisa secara bersama-sama meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan keluarga. Disamping itu, keberadaan UPPKS yang tersebar diseluruh wilayah Jawa Timur, tentu bisa menjadi target pengembangan anggota bagi Kopwan SBW. Dalam hal ini Kopwan SBW bisa bekerjasama dengan BKKBN Jawa Timur. (gt)