Setelah menggelar pelatihan boga, Kopwan SBW kembali menggelar pelatihan untuk anggotanya selama 5 hari. Kali ini pelatihan yang digelar sejak 26 Mei itu, berupa ketrampilan decoupage. Pelatihan yang berlangsung hingga 3 Juni itu diikuti 378 anggota. Mengingat banyaknya peserta, setiap hari dibagi menjadi kelas pagi dan kelas siang.

Uniknya dalam pelatihan ini, semua trainernya berasal dari kelompok 534. Tim trainer ini dipimpin oleh Ibu Rini Ruli Setyawati. “Sebelum pelatihan di SBW ini, saya telah memberikan pelatihan kepada anggota kelompok 534. Diantara yang telah saya latih tersebut, kini membantu saya dalam pelatihan decoupage yang diselenggarakan SBW. Karena memang persyaratan untuk traniner di SBW itu harus tim,” tukas Ibu Rini.

Menurut Ibu Rini, sekilas decoupage itu mudah karena tidak perlu melukis tapi tinggal tempel saja. Tapi sebetulnya tidak demikian. Karena dalam ketrampilan decoupage juga dibutuhkan sentuhan seni. Hal itulah yang menjadi nilai tambah dari sebuah produk decoupage.

“Saya sendiri kalau lagi tidak mod, lebih baik saya tinggalkan dulu. Karena kalau dipaksakan hasilnya justru jelek. Saya sendiri sejak kecil suka melukis. Jadi bakat ini sangat mendukung saya dalam ketrampilan decoupage. Dalam hal ini komposisi tempel dalam satu bidang dibutuhkan sentuhan seni agar nampak indah dipandang. Jadi tidak asal tempel saja,” ujar Ibu Rini.

Kendati demikian, walaupun pelatihan hanya berlangsung 3 jam tapi ada beberapa anggota yang telah menuai hasilnya. Hasil karya mereka ternyata banyak diminati setelah di up load di media sosial,. “Banyak yang pesan kosongan (tas bahan media decoupage- red). Katanya mereka sudah mendapat pesanan, karena hasil pelatihan kemarin itu langsung di up load ke media sosial,” ujar Ibu Rini.

Seperti diketahui, pelatihan decoupage merupakan salah satu pelatihan ketrampilan yang disetuji dalam Rapat Anggota Kopwan SBW. Pelatihan ini berlangsung mulai 26 hingga 29 Mei dan dilanjutkan pada 3 Juni. Untuk kelas pagi berlangsung mulai pukul 8 hingga pukul 11. Sedang kelas siang berlangsung mulai pukul setengah duabelas hingga pukul dua. Dalam pelatihan ini setiap peserta mendapat satu tas yang akan dihias dengan decoupage.

Sekilas tentang decoupage. Decoupage  adalah seni menggunting dan menempel gambar pada obyek tertentu. Decoupage memiliki sejarah panjang dan menarik selama berabad-abad. Sejumlah tokoh ternama seperti Marie Antoinette, Madame de Pompadour, Lord Byron, Beau Brummel hingga Picasso pernah mempraktikan seni yang namanya diambil dari bahasa Prancis découper itu.

Pada abad ke-12, seperti dilansir Decoupage.org, para petani Cina menggunting kertas warna-warni dan menempelkannya untuk menghias jendela, lentera, kotak hadiah dan benda lainnya. Namun praktik decoupage ini diduga berasal dari Siberia Timur, di mana banyak makam di sana dihias dengan seni gaya decoupage ini.

Selain itu para pengrajin Jerman dan Polandia juga telah menggunakan seni potongan kertas ini untuk melakukan dekorasi selama beberapa abad. Perempuan dan anak-anak di Polandia khususnya, mengembangkan keterampilan melipat kertas berwarna dan memotongnya menjadi bentuk geografis, burung, hewan hingga bunga-bungaan sebelum menempelnya pada media tertentu.

Pada akhir abad 17, di Timur Jauh, sebagian besar furniturnya dihias dengan seni decoupage. Banyaknya permintaan akan benda pernis oriental di Eropa membuat kabinet Venetian menghasilkan karya palsu dengan teknik decoupage ini untuk memenuhi permintaan.

Berkembangnya decoupage di Eropa juga tak terlepas dari tren kelas menengah atas yang gemar meminta para pelukis ternama melukis furnitur hingga dinding dan langit-langit mereka. Bagi mereka yang tak mampu membayar karya para pelukis master akhirnya menggunakan teknik decoupage ini sebagai alternatif. Mereka memotong gambar seniman dan menempelkannya kembali menyerupai lukisan asli. Selama Abad ke-18 hingga 19, seni ini berkembang di Eropa.

Di Inggris pada Abad ke 19 era Victoria, teknik pemotongan dan pewarnaan rumit ini menjadi lebih sentimental. Ini bertepatan dengan pengenalan kartu Valentine, dekorasi timbul pada kertas, dan menghiasi permukaan, layar, lampu, kotak linen dan lainnya.

Dengan sejarah panjang decoupage, tak heran jika seni ini masih terus berevolusi dengan berbagai gaya baru. Asal usul warna dan beragam teknik membuat seni ini tak terbatas dan menawarkan ruang lingkup luas untuk kreativitas. Di Indonesia seni ini sedang menjadi tren. Tak hanya untuk pernah-pernik kecil seperti tas dan kaleng, kini decoupage di Indonesia juga mulai merambah furnitur. (gt)