Bukan hal yang salah bila berhutang menjadi tujuan bersama terbentuknya kelompok. Permasalahannya justru bagaimana menjaga dan merawat kelompok agar fasilitas berhutang bisa tetap dinikmati secara bersama dan berkelanjutan. Dari sinilah sistem tanggung renteng bermakna sebagai alat pengaman asset bersama.

Tak mengherankan pula bila, kebanyakan anggota memaknai sistem tanggung renteng dengan “Menanggulangi hutang teman secara bersama-sama”. Walaupun sebetulnya, keamanan asset tersebut justru bergantung pada sikap dan perilaku anggota. Proses sistem tanggung rentenglah yang secara bertahap akan mengubah sikap dan perilaku anggota. Proses inilah yang kemudian dipercepat dengan dilaksanakannya pelatihan sistem tanggung renteng untuk anggota. Pelatihan inipun telah dilaksanakan secara rutin setiap tahun.

Pada tahun ini pelatihan sudah dimulai pada 15 Oktober lalu. Kemudian berlanjut pada 20-21 Oktober dan akan dilanjutkan pada 26-27 Oktober. Pelatihan kali ini diikuti sekitar 1.200 anggota yang terdaftar. Biasanya berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, jumlah peserta yang hadir dipelatihan sekitar 80%. Sampai dengan 21 Oktober jumlah anggota yang hadir dalam pelatihan yang diselenggarakan di Gedung II dan III SBW itu telah mencapai 90%.

Dalam pelatihan yang berlangsung selama 2,5 jam tersebut, anggota diberikan pemahaman tentang sistem tanggung renteng dan bagaimana sistem ini berporses. Dengan paparan tersebut diharapkan peserta akan bisa mewarnai kelompoknya menjadi lebih dinamis. Sehingga sistem tanggung renteng bisa berproses dengan penuh makna dan bukan sekedar seremonial pengajuan pinjaman.

Untuk lebih memudahkan pemahaman terhadap sistem tanggung renteng, para pemandu pelatihan mengajak peserta memainkan game kebersamaan. Dengan game, peserta pelatihan bisa lebih mudah memahami arti sebuah kebersamaan, kejujuran, kedisiplinan dan rasa tanggung jawab. Nilai-nilai itulah yang juga berporses dalam sistem tanggung renteng dikelompok yang dipaparkan oleh pemandu pada materi berikutnya.

Tidak itu saja, peserta juga mendapat paparan tentang sejarah perjalan Kopwan SBW dari para pengurus. Dari paparan itu, anggota menjadi tahu, bahwa koperasinya bisa tumbuh dan perkembang seperti saat ini karena perjuangan yang tidak ringan. Dengan demikian akan tumbuh rasa sayang pada koperasinya sehingga akan ikut berupaya untuk menjaga dan mengembangkan koperasinya.

Kemudian diakhir materi, peserta diajak merenung kembali posisinya dalam sebuah keluarga besar yang disebut Kopwan SBW. Disinilah pemandu mencoba menyentuh kesadaran anggota untuk menjadi insan yang bertanggung jawab, baik kepada diri sendiri, kelompok maupun koperasinya. (gt)