Hampir semua bidang usaha terkena imbas pandemi covid -19. Tak terkecuali bidang usaha kuliner seperti dilakukan Ibu Saniah, Pj 2 kelompok 113. Mulai 13 April lalu, ia terpaksa menutup usaha kulinernya. Karena memang deretan Ruko yang ada disekitarnya sudah banyak yang tutup. Sehingga pembelipun tidak ada lagi.
Kalau sebelumnya, Ibu Sani masih membuka warungnya walaupun omset turun drastis. “Sebelum virus corona ini, dalam satu hari bisa habis 7 kg beras bahkan lebih. Tapi setelah corona mulai ramai, jualan jadi sepi. Dalam sehari bisa menghabiskan 3 kg beras aja sudah untung. Sekarang malah tidak bisa lagi jualan karena pembelinya tidak ada. Ruko-ruko di Jl Musi itu sudah tutup semua.. ya sepi,” ujarnya.
Kendati demikian, Ibu Saniah masih bersyukur menghadapi kondisi tersebut. Karena walaupun kondisi sulit, tapi kebutuhan sehari-hari masih bisa tercukupi. “Alhamdulillah kalau untuk kebutuhan sehari-hari tidak sampai kekurangan. Bapaknya masih kerja dan anak-anak juga. Dan biasanya kalau bulan puasa, saya memang tidak jualan. Jadi Alhamdulillah masih seperti biasanya saja,” tukas Ibu Saniah.
Bagi Ibu Saniah, kondisi saat ini telah banyak memberikan pelajaran. Saat masih jualan, ia menjadi lebih tahu bagaimana menjaga kepercayaan pelanggan. Saat Covid -19 mulai mewabah, banyak orang yang takut membeli makanan dijalan. Dengan kondisi seperti itu, Ibu Sani mampu meyakinkan pelangganya bahwa makanan dan penyajiannya higenis.
“Saya faham bagaiman corona ini menular. Makanya saya selalu pakai masker. Begitu pula untuk mengambil makanan, saya juga menggunakan sarung tangan plastik. Piringnya juga dilapisi kertas dan sendok sekali pakai. Hal itu juga saya sampaikan kepada pembeli dan minta maaf kalau menggunakan kertas dan sendok plastik. Alhamdulillah pembeli bisa menerima bahkan senang, sehingga mereka merasa nyaman ketika makan diwarung saya. Meja juga selalu saya semprot dan saya lap dengan disinfektan kalau pembelinya sudah keluar,” ungkap Ibu dua putra ini.
Bagi Ibu Saniah, jatuh bangun dalam usaha adalah hal biasa. Karena kondisi-kondisi sulit itu sudah beberapa kali dialaminya. Seperti tahun lalu, Ibu Saniah kehilangan tempat usaha karena kena gusur. “Saya hanya bisa menangis dan mengadu pada Alloh karena kejadian itu. Dan saya yakin Alloh akan memberikan jalan terbaik bagi saya. Alhamdulillah akhirnya ada juga yang berbaik hati. Saya diijinkan berjualan didepan rumahnya,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca mengenang kejadian tersebut.
Tentu saja dengan pindah tempat usaha, telah berdampak pula pada penjualan. Tapi seiring dengan perjalanan waktu, pelanggan mulai banyak yang tahu. Omset usahapun terus meningkat. Sayangnya kondisi ini tidak berlangsung lama. Pandemi Covid -19 telah memporak porandakan usahanya. Omset usahanyapun turun drastis bahkan kini tidak bisa lagi berjualan.
“Walaupun kondisi sulit seperti sekarang ini, saya tetap bersyukur. Karena masih bisa makan. Bahkan masih bisa menyisihkan untuk membayar kewajiban ke koperasi. Ini memang saya utamakan karena saya merasa banyak memanfaat yang telah saya dapat setelah ikut SBW. Ketika saya butuh modal atau biaya sekolah anak dan kebutuhan lainnya, saya ndak bingung lagi karena ada SBW. Sekarang dua anak saya sudah mentas semua. Makanya dalam kondisi bagaimanapun SBW harus tetap kita jaga. Supaya tetap bisa memberi manfaat kepada kita semua,” pesan dan harapan Ibu Saniah. (gt)