Hanya mereka yang kreatif dan tak kenal putus asa yang akan mampu bertahan dalam dunia bisnis. Satu diantaranya adalah Ibu Dahliana, anggota kelompok 34 yang kini dikenal dengan brand Ina Pie.
“Manis..gurih..asam..segar..apalagi dinikmati dalam kondisi dingin..bikin mau..mau dan mau lagi..”. Itulah salah satu postingan Ibu Dahliana di Pictame, lengkap dengan foto produk Ina Pie yang menggoda selera. Pictame yang merupakan sarana instagram untuk penawaran produk tersebut hanyalah salah satu media sosial yang digunakan Ibu Dahliana dalam mengembangkan pemasarannya.
Memang diakui oleh Ibu Dahliana, untuk pemasaran produknya lebih banyak bertumpu pada media online. “Sejak awal, langsung jualan melalui online. Diawal-awal saya memasarkannya melalui black barry massager (BBM) . Sesuai dengan perkembangan teknologi dan semakin banyaknya sosial media, semuanya saya manfaatkan untuk pemasaran. Alhamdulillah hingga kini pesanan melalui online bisa mencapai 40 sampai 50 dos perhari,” ungkap Ibu Dahliana.
Seperti pada 18 Desember lalu, dirumah Ibu Dahliana nampak kesibukan membuat pie oleh beberapa karyawannya. Karena saat itu ada pesanan 20 dos pie dengan nilai Rp 1 juta melalui online. Sementara esok harinya juga harus dipersiapkan sekitar 200 dos untuk acara Awarding Pahlawan Ekonomi & Pejuang Muda Surabaya di Jl. Tunjungan.
Dipaparkan pula, untuk memasarkan produk melalui online tentu ada strateginya. Artinya tidak harus sepanjang hari bermain gadget. Ada waktu-waktu strategis untuk bisa berpromosi. Untuk usaha makanan seperti Pie yang bisa untuk oleh-oleh itu, lebih tepat bila diposting pada saat mendekati hari libur.
“Jaringan antar teman sesama UKM juga harus terbina. Pada waktu-waktu tertentu, buatlah review di media online tentang produk teman untuk membantu pemasarannya. Saya sering melakukan itu, begitu pula teman-teman juga mereview produk saya. Bahkan nantinya juga bisa saling lempar order. Kalau saya dapat pesanan yang tidak sesuai dengan produk saya maka akan saya lempar pada teman lain,” ujar Ibu Dahlia memberikan tips marketing online.
Ibu Dahliana yang mengembangkan usahanya melalui online ini, ternyata juga punya pengalaman pahit dengan media online. “Sekitar tahun 2010, usaha saya mulai menurun drastis bahkan sampai tidak ada pemesanan. Karena saat itu lagi gencar-gencarnya orang bermain bbm. Sehingga mereka bisa mencari produk sendiri dan langsung pesan ke produsen yang tentunya bisa mendapat harga lebih murah,” papar Ibu dari 2 putra ini.
Diceritakan pula, sejak tahun 2000 an, ia sudah mulai berbisnis. Kebetulan ia punya saudara yang bertugas di Sorong. Dari istri saudaranya itulah ia sering mendapat pesanan berbagai barang. “Permintaan dari sorong itu beragam. Mulai dari sepatu, baju, sprei sampai lemari. Sedangkan pengirimannya saya titipkan pada ABK (anak buah kapal-red) kapal penumpang. Karena saudara saya memang banyak kenal dengan para ABK. Tapi ketika blackbarry mulai marak, pesanan terus berkurang sampai akhirnya habis,” paparnya.
Jatuh karena media online, tidak membuat Ibu Dahliana berputus asa dalam berbisnis. Sampai akhirnya ia mendapat oleh-oleh kue Pie Bali dari putrinya yang ikut tour. “Anak saya bilang, kue pie buatan saya lebih enak. Termotivasi dari ucapan itu, sayapun mencoba membuat pie. Bagi saya membuat pie bukanlah hal sulit. Karena mulai nenek hingga ibu saya sudah punya usaha membuat kue pie,” ungkap Ibu Dahliana.
Jadi lanjutnya, membuat kue pie merupakan resep warisan leluhur. Bahkan sang ibu juga berpesan agar kebiasaan membuat kue pie terus dilestarikan dalam keluarga. Lebih baik lagi bila dijadikan ladang usaha. Cuma kalau orang tuanya dulu membuat kue pie dalam loyang besar berdiameter 20 cm. Sedangkan Ibu Dahliana memodivikasi dalam bentuk lebih kecil. Bahkan kini sudah ada 20 pilihan rasa.
Kue pie pertama dengan rasa originalpun berhasil dibuat. Tanpa pikir panjang kue tersebut difoto lalu dishare ke BBM. Ternyata, banyak yang merespon dan berujung pada pemesanan. “Saat itu saya membuat kue pie sesuai dengan pesanan. Pesanan online pertama membuat saya terus terpacu untuk aktif bermain BBM. Sampai-sampai ibu saya marah karena saya seakan tidak bisa lepas dengan HP. Ibu saya tidak tahu kalau HP itu seperti toko bagi usaha saya,” ujar Ibu Dahliana mengenang awal menekuni usaha pembuatan kue pie.
Tidak puas hanya dengan rasa original, Ibu yang tergabung dikelompok 34 inipun selalu melakukan uji coba rasa. Mulai dari rasa gurih, manis hingga pedas telah dicobanya. Mulai dari coklat, ayam hingga ikan juga telah dikombinasikannya. Sampai akhirnya terciptalah 20 varian rasa dengan brand Ina Pie.
Tidak puas hanya mengandalkan pemasaran online, Ibu Dahliana juga mulai mengembangkan pasar secara offline. Pada awal Desember lalu, ia telah membuka lapak di Pasar Atom tahap I lt dasar 1001. “Alhamduillah, pada hari pertama buka, laku 1 dos. Tapi saya nggak boleh putus asa. Saya harus terus bertahan. Alhamdulillah kini sudah mulai nampak perkembangannya. Lapak ini sifatnya sebagai pendukung online,” ujar Ibu Dahliana.
Diceritakan pula, untuk memulai usaha ini, ia tidak membutuhkan modal besar. “Diawal usaha, saya hanya butuh dana Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu saja. Tapi kalau sekarang untuk perputaran modal ya..cukup besar. Biasanya saya memanfaatkan fasilitas pinjaman dari SBW. Kalau dulu pinjaman dari SBW lebih banyak untuk biaya anak sekolah tapi sekarang juga untuk perputaran modal usaha,” ujar Ibu Dahliana yang sudah menjadi anggota SBW selama 17 tahun.
Seiring dengan perkembangan usaha, memang modal yang dibutuhkan juga cukup besar. Dipaparkannya untuk kebutuhan susu saja dalam satu bulan mencapai Rp 2 juta. Untuk usahanya inipun, Ibu Dahliana menentukan target sendiri omsetnya. Setiap hari ia menargetkan omset Rp 1 juta. Bila ternyata dalam satu hari tersebut, target tidak tercapai maka promo digencarkan untuk mengejar omset dihari lainnya. Tapi kalau dalam satu hari itu sudah tercapai target, maka akan ditutup dan dialihkan untuk pengerjaan dihari berikutnya. Strategi ini digunakan untuk kesinambungan, stabilitas dan efisiensi biaya produksi. (gt)