Merajut memang bukan hal baru. Karena menguntai benang menjadi kain ini telah dikerjakan manusia berabad-abad yang lalu. Tapi membuat sepatu dari rajutan, rasanya masih asing di telinga. Namun hal ini pula yang sedang dilakukan anggota SBW sejak hari ini (25 Juli 2016).
“Sepatu dari rajutan ini memang bukan untuk jalan-jalan tapi bisa digunakan dirumah. Diantaranya bisa digunakan saat pengajian. Sehingga kaki ibu-ibu tetap tertutup. Produk ini juga masih belum populer. Dengan demikian bila ibu-ibu mau mengembangkan sebagai usaha, peluangnya masih terbuka lebar,” tukas Ibu Diana dihadapan peserta pelatihan saat technikal meeting.
Ibu Diana (klp 084) ini memang cukup dikenal dikalangan anggota sebagai penghoby rajutan. Dalam pelatihan merajut dasar kali ini, Ibu Diana memberikan materi membuat sepatu rajut. Selain membuat sepatu, dalam pelatihan yang digelar mulai 25 hingga 27 Juli itu juga memberikan pelatihan membuat tas. Untuk pelatihan yang diikuti 222 anggota ini, Ibu Diana dibantu 6 orang yang melakukan pendampingan pada peserta.
Sebanyak 222 peserta tersebut dibagi menjadi kelas pagi dan kelas siang. Harapannya selama 3 hari pelatihan, peserta sudah bisa membuat sepatu dan tas. Untuk membuat 1 sepatu diperkirakan membutuhkan waktu 1,5 hari. Sehingga sisa 1,5 hari berikutnya dikhususkan untuk membuat tas. Untuk itu kepada peserta diharapkan tidak hanya mengerjakan rajutannya di kelas tapi juga bisa dilanjutkan dirumah.
Ternyata, sebagian dari peserta sudah sangat familiar dengan rajutan. Tangannya nampak terampil memainkan banang dan jarum rajut. Kendati demikian, membuat sepatu rajut merupakan hal baru bagi mereka.Tak mengherankan ketika pelatihan sudah berlangsung 2 jam, hasilnyapun belum terlihat.
Apalagi yang belum terbiasa menggunakan jarum rajut, nampak sekali mereka masih kesulitan bagaimana memegang benang dan bagaimana memainkan jarum rajut. Tentu saja hal ini menjadi kendala tersendiri bagi para instruktur. Kendati demikian semua peserta nampak menikmati pelatihan tersebut. Kerumitan nampaknya telah menjadi tantangan tersendiri bagi peserta. Sehingga tak terasa waktu habis, merekapun masih antusias bertanya. (gt)
merajut memang benar adanya bukan sesuatu yang baru, acap kali dengan perkembangannya era globalisasi, banyak sekali teman-teman wanita yang sudah tak perduli dengan merjaut, banyak yang menggantikan merajut dengan uang Memesan + Beli rhanya dengan alasan sibuk dan tidak punya waktu serta tidak jaman untuk merajut. Tetapi bagi saya pribadi merajut dapat meningkatkan wawasan kita, karena merupakan suatu pengetuan yang mengasah daya pikir kita serta menambah pengalaman. Merajut juga merupakan salah satu refreshing. Bila ada trening dan kursus merjaut dalam bentuk dan model apa saja, saya tunggu informasi selanjutnya dari team Setia Bakti Wanita ( SBW). Saya sangat tertarik dan kegiatan ini dan sangat menantang saya. Tolong hubungi saya melalui email saya dibawah ierima Kasih.