Kopwan Setia Bhakti Wanita yang kini telah berusia 39 tahun, tidaklah besar secara instant. Banyak pengorbanan yang telah dilakukan untuk membesarkan koperasi ini. Banyak pemikiran yang tercurahkan untuk memantapkan koperasi ini.
Saat ini tentu bukan hal sulit bagi Kopwan SBW untuk mencari penambahan modal. Pihak ketiga tentu tidak segan-segan untuk menitipkan dananya ke Kopwan SBW. Tapi tidaklah demikian pada awal berdirinya. Setidaknya sampai dengan 10 tahun sejak kelahirannya, Kopwan SBW baru bisa mengakses permodalan dari bank.
Untuk mencukupi permodalan diawal berdiri Kopwan SBW, para pendiri termasuk para pengurus harus rela berkorban dengan memasukan dana pribadi menjadi simpanan di koperasinya. Dikatakan pengorbanan, karena bukan tidak mungkin dana tersebut akan hilang bila ternyata koperasinya tidak bisa berkembang. Tapi disisi lain hal tersebut justru menjadi motivasi mereka untuk tetap optimis dan berupaya keras agar koperasinya bisa terus berkembang.
Tak mengherankan bila para pendiri dan pengurus waktu itu sangat getol untuk terus mengembangkan koperasinya yang saat itu bernama Koperasi Serba Usaha (KSU) Setia Bhakti Wanita. Walau saat itu unit usahanya masih sebatas simpan pinjam. Pengembangan anggotapun terus dilakukan.
Teman, tetangga maupun saudara telah dijadikan sasaran untuk pengembangan koperasi. Mereka yang punya dana, diharapkan mau menyimpan dananya dikoperasi disamping juga menjadi anggota. ”Kebetulan saya ketua PKK RT dan RW. Maka pertemuan PKK saya jadikan media sosialisasi koperasi. Sehingga banyak anggota PKK yang juga menjadi anggota SBW,” tutur Ibu Tatiek Yudare yang garasi rumahnya telah dijadikan pusat kegiatan koperasi.
”Saat itu memang, kita para pengurus bersemangat untuk menambah anggota sebanyak mungkin. Dan nampaknya motivasi utama masyarakat bergabung jadi anggota adalah untuk berhutang dengan cara mudah. Sebagai konsekuensi dari bertambahnya anggota maka kebutuhan danapun bertambah. Sehingga mau tidak mau, kita sebagai pengurus juga giat menjaring koneksi yang mau menyimpan dananya di koperasi,” ungkap Ibu Yoos Lutfi, salah satu pengurus dimasa perintisan yang dikemudian hari menjadi Ketua Umum Kopwan Setia Bhati Wanita hingga tahun 2005.
Dipaparkan juga, untuk menjalin koneksi agar mau menyimpan dananya di KSU Setia Bahkti Wanita tentu bukanlah hal mudah. Cukup beralasan memang, karena siapa yang mau percaya dengan lembaga yang usianya belum genap setahun. Kalaupun ada yang mau menyimpan dananya di koperasi, hal itu karena hubungan personal yang baik dengan pengurusnya.
Sepuluh tahun berjalan tepatnya tahun 1988, KSU Setia Bhakti Wanita mulai mendapat kepercayaan pihak bank. Kepercayaan itupun diperoleh setelah Bapak Bustanil Arifin, Menteri Koperasi waktu itu memaparkan tentang prestasi dan kinerja Kopwan SBW. Bank pertama yang menjalin kerjasama dengan Setia Bhakti Wanita adalah Bank Bukopin. Dan pada perkembangan selanjutnya, koperasi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi bank. Karena bank percaya, dana yang disalurkan kepada Kopwan Setia Bhakti Wanita akan aman.
Jaminan keamaan dana tersebut tentu juga tidak lepas dari semakin mantapnya penerapan sistem tanggung renteng. Tidak bisa dipungkiri, dibawah kepemimpinan Ibu Yoos Lutfi, sistem tanggung renteng terus mengalami penyempurnaan. Kalau tadinya sistem hanya mengatur bagaimana mengajukan pinjaman melalui kelompok, dalam perjalanan selanjutnya sistem ini dilengkapi dengan berbagai instrumen lainnya. Termasuk salah satunya adalah cara penetapan besarnya pinjaman melalui sistem plafon.
Tentu saja penyempurnaan sistem tanggung renteng inipun harus ditunjang dengan kedisipilinan tingkat tinggi dalam penerapannya. Walaupun untuk hal itu pada awalnya juga berdampak pada merosotnya jumlah anggota. Setidaknya terjadi penurunan jumlah anggota mencapai 1000 anggota dalam waktu 2 tahun. Jumlah anggota tersebut baru kembali seperti sediakala setelah berjalan 5 tahun. Tapi disisi lain, asset terus bertambah dan omset bisa melejit hingga tembus Rp 1 milyar.
Saat ini setiap anggota bisa menikmati fasilitas pinjam hingga Rp 28,5 juta melalui kelompok. Belum lagi fasilitas lain seperti pendidikan mulai dari pelatihan hingga karyawisata. Semua itu bisa terjadi karena pengelola dan anggota mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan sistem tanggung renteng. Asset terjamin aman, koperasipun mempunyai kemampuan untuk terus berkembang dan meningkatkan layanan kepada anggota baik secara kuantitas maupun kualitas.
Kini Kopwan Setia Bhakti Wanita telah berusia 39 tahun. Kepemimpinanpun telah silih berganti mulai dari Ibu Khodir, Ibu Yoos Lutfi, Ibu Darmiati S Sadjim, Ibu Indri Soerjani dan Ibu Indra Wahyuningsih. Mereka memimpin dengan ciri khas masing-masing. Tapi semuanya mempunyai tujuan yang sama untuk menjadikan Kopwan SBW terus berjaya.
Haruskah koperasi yang sudah berjalan 39 tahun ini akan mengalami kemerosotan atau terus berjaya dan semakin berjaya ? jawabnya tentu bergantung pada semua komponen keluarga besar Kopwan SBW. Kalau dalam perjalanan muncul kepentingan-kepentingan pribadi dan itu lebih mengemuka maka kemerosotan itu akan terjadi. Sebaliknya bila semua komponen lebih mengedepankan kepentingan bersama maka kejayaan itu akan tercapai.
Biasanya rusaknya sebuah lembaga lebih disebabkan oleh faktor internalnya. Diantaranya dimulai dari ketidak taatan pada AD,ART, Peraturan khusus dan sistem. Semoga hal ini tidak terjadi di SBW. Telah banyak pengorbanan yang telah dilakukan, telah banyak pikiran dicurahkan demi kemajuan Kopwan SBW. Sungguh terlalu bila kemudian semua itu disia-siakan. Untuk itu jangan sampai melupakan sejarah.(dikutip dari buku aplikasi STR/gt)