Kelaspun penuh gelak tawa, ketika fragmen dimainkan dengan tema “Balada pinjam uang pada tetangga”. Bahkan beberapa peserta tertawa terpingkal-pingkal, karena fragmen tersebut mengingatkan pada kondisi dilingkungannya. Bahkan ada yang mengaku pernah mengalami, sampai memelas untuk bisa mendapat pinjaman. Begitulah suasana kegiatan Pelatihan dan Pemantapan Sistem Tanggung Renteng untuk anggota yang diselenggarakan mulai 25 sampai 29 September.
“Di SBW gak pakai malu-malu kalau ngutang. Karena anggota dikelompok semuanya juga ngutang. Pokoknya kita bisa dipercaya, ya… anggota setuju-setujua saja. Kalau sudah disetujui di kelompok ya..pasti cair,” tukas Farida, anggota kelompok 271 salah satu peserta pelatihan pada 25 Septembar lalu.
Memang untuk mendapatkan pinjaman di Kopmen SBW tidak perlu pasang muka memelas. Cukup mengajukannya di kelompok dan bila teman-teman di kelompok setuju, maka pinjamanpun bisa direalisasi. Tak mengherankan bila peserta menyatakan sepakat bila dikatakan “Di Kopmen SBW, berhutang tapi tetap Bermartabat”. Hal itupun dinyatakan sambil mengangkat dua jempol mereka.
Tidaklah berlebihan pernyataan tersebut. Karena dengan penerapan system tanggung renteng, anggota bisa berhutang dengan cara yang bermartabat. Sebagaimana dipaparkan para pemandu pelatihan dalam materi Sistem Tanggung Renteng. “Semua keputusan dikelompok, dilakukan dengan cara musyawarah, termasuk pengajuan pinjaman. Itulah sebabnya segala konsekuensi atas keputusan tersebut harus ditanggung bersama oleh anggota dalam satu kelompok,” ungkap Pristiwati, salah satu pemandu pelatihan.
Pelatihan yang berlangsung selama 5 hari tersebut diikuti 484 anggota dengan mengangkat tema “Menolong diri sendiri secara bersama-sama dengan berkoperasi”. Untuk pemahaman tersebut, peserta diajak memainkan game yang membutuhkan adanya kebersamaan. Dari game itulah dapat ditangkap makna bahwa dengan bersama-sama, hal yang sulit jadi mudah, bahkan yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Dan untuk itu, berkoperasi adalah jawabannya.
Peserta dalam pelatihan yang berlangsung selama 2,5 jam itu adalah anggota yang bergabung di Kopmen SBW pada tahun 2020. Dalam pelatihan tersebut selain mendapat materi system tanggung renteng, peserta juga dikenalkan tentang sejarah Kopmen SBW. Materi tersebut disampaikan oleh para Pengurus secara bergiliran.
“Koperasi kita ini tidak serta merta seperti sekarang ini. 44 tahun lalu SBW hanya bermodalkan Rp300 ribu, tapi sekarang assetnya sudah ratusan milyar. Kantornya aja pinjam garasi salah satu pengurus, tapi kini sudah ada 7 gedung yang dimiliki. Semua itu terjadi karena adanya kerjasama dan semangat kebersamaan semua komponen. Mulai dari Pengurus, Pengawas, anggota, PPL, PJ dan karyawan,” ungkap Koesoemo Wardhani, Ketua Kopmen Setia Bhakti Wanita dalam paparannya.
Pada kesempatan tersebut, Ibu Dhani, panggilan akrab Ketua Kopmen SBW mengajak kepada semuanya untuk ikut menjaga, memelihara dan mengembangkan Kopmen SBW. Karena bagaimanapun, butuh perjuangan yang tidak ringan untuk bisa menjadikan Kopmen SBW seperti saat ini. “Jangan korbankan hasil perjuangan ini karena kepentingan pribadi,” tandasnya.
Sebetulnya pelatihan dengan sasaran anggota baru ini telah menjadi agenda rutin tahunan, tapi tidak bisa dilaksanakan karena pandemi covid. Baru pada September 2022 bisa diselenggarakan kembali dengan 484 anggota yang mendaftar. Karena jumlahnya cukup banyak maka dibagi dalam 16 kelas. Setiap hari ada 2 kelas pagi dan 2 kelas siang. Kelas pagi dimulai pukul 09.00 hingga 11.30 WIB. Sedangkan kelas siang dimulai pukul 12.30 hingga 15.30 WIB. Pelatihan yang memanfaatkan Gedung III lantai 1 dan 2 ini dipandu oleh 9 PPL yang terbagi dalam 2 tim. (gt)