Dalam proses persidangan awal semua berjalan lancar dan relatif lebih cepat. Tata tertib sidang dan jadwal Rapat Anggota disepakati untuk tidak dibacakan. Koreksi terhadap 2 agenda itupun tidak ada. Sehingga palupun diketok sebagai tanda sepakat dan disetujui tanpa koreksi walau tanpa dibacakan. Acarapun terus berlanjut sampai pada paparan Rancangan RK-RAPB tahun 2012 yang disampaikan oleh Ibu Sadjim, Ketua Kopwan SBW.

Wacana Pengembangan Usaha Baru

Menginjak pandangan umum, agendanyapun disepakati 3 termin yaitu pembacaan dan tanggapan pengurus dan pengawas atas berita acara. Kemudian dilanjut pada tanya jawab yang disepakati pada masing-masing termin ada 2 penanya. Dalam pandangan umum ini, nampaknya  ada beberapa masalah yang cukup menyita waktu dan perhatian anggota. Hal tersebut adalah perubahan SHU, masalah karyawisata, fasilitas pinjaman baru dan penjualan inventaris.

Diantara  masalah tersebut, yang menjadi tarik ulur antara anggota dan pengurus adalah masalah karyawisata dan penjualan inventaris. Untuk karyawisata, nampaknya anggota masih terpaku pada hasil temu wicara utamanya terkait dengan peserta. Dalam resume temu wicara disebutkan bahwa peserta mengunakan prosentase jumlah anggota dalam kelompok. Untuk kelompok beranggotakan 15 orang berhak ikut 1 orang, kelompok beranggotakan 30 orang berhak ikut 2 orang dan seterusnya.

Namun dalam rencana RK-RAPB ditetapkan untuk memberangkatkan 1 kelompok 1 orang. Hal ini berdasarkan ketersediaan anggaran. Dari perhitungan yang telah dilakukan Pengurus, dana pendidikan yang tersedia untuk karyawisata anggota sebesar Rp489.686.702,-. Sedang pilihan tujuan yang dikehendaki anggota adalah Bandung atau Jakarta. Padahal untuk ke Bandung dibutuhkan biaya Rp 515.700.000,- untuk 382 peserta. Sehingga kekurangan dana sebesar Rp. 26.013.297,- Sedang kalau ke Jakarta butuh dana Rp 802.200.000,- sehingga kekurangannya sebesar Rp. 312.513.297,-

Dari paparan tersebut, anggota bisa menerima dan sepakat dengan pilihan tujuan ke Bandung. Tapi dalam sesi tanya jawab, Ibu Yuni (klp170) kembali mempersoalkan hal tersebut. “Ibu Pengurus kami kecewa. Karena dalam temu wicara telah ditetapkan system perwakilan. Artinya setiap kelompok bisa ikut lebih dari satu bergantung pada jumlah anggotanya. Soal kekurangan dana, nantikan pengurus bisa mencarikannya dari alokasi anggaran apa, itu terserah,” tukasnya.

Menanggapi pertanyaan tersebut, pengurus kembali memaparkan masalah alokasi anggaran yang bisa digunakan untuk karyawisata anggota. “Kalau 1 kelompok 1 orang yang ikut saja, anggarannya sudah kurang apalagi bila lebih dari satu. Memang kalau dipaksakan bisa saja tapi itu akan mengurangi SHU yang akan diterima anggota. Kita inginnya kalau bisa semua anggota bisa ikut, tapi kemampuan koperasi jelas tidak memungkinkan,” ungkap Ibu Chandra, Wakil Ketua I bidang usaha dan keuangan.

“Ibu … yang namanya hasil temu wicara itu bukan keputusan tapi sifatnya adalah masukan untuk menyusun rancangan RK-RAPB. Sedang keputusannya ya… di Rapat Anggota. Dari masukan anggota itu, kita melakukan penghitungan dengan cermat dengan berbagai alternatif. Hasilnya seperti dipaparkan tadi,” tambah Ibu Sadjim.

Setelah memberikan gambaran, pengurus kembali mengembalikan pada peserta Rapat Anggota untuk mengambil keputusan. Akhirnya anggotapun sepakat seperti keputusan awal yaitu 1 kelompok 1 orang yang ikut karya wisata dengan tujuan Bandung.  Tarik ulur juga terjadi ketika menentukan tentang uang saku. Tapi kemudian anggota sepakat untuk uang saku ditiadakan dan sebagai gantinya akan mendapat pinjaman sebesar Rp2 juta yang diangsur 20 kali.

Wacana

Pada Rancangan RK-RAPB 2012, Kopwan SBW telah merencanakan untuk membuka usaha baru. Diantaranya adalah biro travel, tapi untuk tahap awal ini yang digarap masih sebatas usaha ticketing. Kemudian juga ada rencana usaha perumahan untuk anggota dan karyawan. Tapi dalam tahap awal inipun, pengerjaanya masih dalam batas pembiayaan. Karena semuanya masih dalam penjajakan untuk pengembangannya.

Terkait dengan pembukaan usaha baru ini, juga disarankan oleh Ibu Tarigan. Dalam sambutannya  Ketua Puskowanjati ini memberikan wacana tentang pembukaan rumah sakit ataupun apotik. Karena kedua usaha ini jelas dibutuhkan oleh anggota maupun masyarakat dan kedepan prospeknya bagus. “Kalau kita ke apotik, berapapun harga obat yang ditawarkan, kita tidak pernah bisa menolaknya. Kenapa SBW tidak membuka usaha ini untuk melayani anggota dengan harga yang wajar,” tukasnya.

Wacana usaha baru juga disampaikan Bp. Fattah Jasin, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur saat memberi sambutan. Dikatakannya dengan system tanggung renteng yang diterapkan, Kopwan SBW akan mampu berkembang dengan berbagai usahanya. “Kalau hanya membuka apotik saja bukan hal sulit bagi SBW. Bahkan kalau mau buka usaha real estate atau pom bensin sekalipun tidak masalah. Jadi tinggal kesepakatan anggota saja. Karena SBW punya kemampuan untuk itu. Untuk pengembangan swalayan yang sudah ada, perlu dipertimbangkan  Kopwan SBW untuk menjalin kerjasama dengan Asosiasi Koperasi Retail Indonesia (ASKI),” sarannya.

Diharapkannya pula, SBW tidak puas dengan apa yang telah dicapai dalam 33 tahun ini. Karena kedepan persaingan usaha semakin ketat.  Untuk itu SBW harus tanggap terhadap perubahan demi pengembangan kedepan. Hal sama juga disampaikan Bp Sukamto, Ketua IV Dekopinwil. Menurutnya koperasi harus siap menghadapi globalisasi yang mengusung liberalisasi dan kapitalisasi. Namun apapun usaha yang dikembangkan oleh koperasi, diharapkan tidak meninggalkan jatidirinya sebagai koperasi. Jatidiri juga harus menjadi landasan dalam setiap penyusunan RK-RAPB. (gt)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.