”Menjadi anggota SBW untuk bisa mendapatkan pinjaman”. Pernyataan ini memang tidak salah. Kalaupun ditanyakan kepada anggota, nampaknya sebagian besar juga akan menjadikan hal tersebut sebagai alasan utama menjadi anggota. Tapi apakah berkoperasi hanya untuk mendapatkan pinjaman ? kalau alasannya hanya untuk mendapatkan pinjaman, tentu tanpa koperasi juga bisa.

Saat ini banyak lembaga keuangan, baik yang mengatas namakan koperasi maupun bank yang langsung ingin menyentuh masyarakat. ”Dapatkan pinjaman tanpa agunan dan besarnya mencapai Rp 15 juta” demikian salah satu bunyi brosur dari salah satu bank. Brosur sejenis dari lembaga keuangan lain juga banyak disebar langsung ke masyarakat. Bahkan tidak sedikit anggota SBW yang juga ikut menyebarkan.

Kalau demikian kondisinya, masihkah perlu berkoperasi dan masih perlukah SBW dipertahankan. Karena tanpa keberadaan SBW, pinjaman juga bisa didapatkan. Tanpa harus susah-susah menghadiri pertemuan kelompok, pinjaman juga bisa cair. Inilah ancaman keluarga besar Kopwan SBW kedepan, bila anggotanya hanya menjadikan berhutang sebagai motivasi utama.

Tentu berkoperasi bukan hanya untuk mendapatkan pinjaman. Tapi ada tujuan yang lebih besar dan itu bisa dicapai bila secara bersama-sama. Itulah sebabnya disebut keluarga besar. Karena keberadaan masing-masing komponen dari keluarga saling menunjang dan saling menentukan.

Asset koperasi adalah milik bersama maka cara menjaganya juga bersama-sama yaitu dengan taat pada aturan dan sistem. Untuk itu keputusan bagaimana mengelola koperasi juga ditentukan secara bersama-sama dalam rapat anggota. Begitu pula bila ada sisa hasil usaha, juga dinikmati bersama sesuai dengan kesepakatan bersama dalam rapat anggota.

Dalam berkoperasi inilah, anggota bisa belajar bagaimana berorganisasi, mengambil keputusan dan menjadi insan yang bertanggung jawab. Sistem keorganisasian di koperasi ditunjang dengan sistem tanggung renteng sangat memungkinkan terjadinya proses belajar. Terbentuknya pola pikir sebagai hasil dari proses belajar tersebut tentunya tidak hanya berpengaruh pada kehidupan koperasi tapi juga pribadi dan keluarga. Dan itulah proses menuju keberdayaan yang akan meningkatkan kualitas hidup. (gatot)