Jalan-Jalan

Biasanya tabungan kelompok berkisar Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu per anggota setiap pertemuan. Tapi tidak demikian dengan kelompok 114 yang mengenakan Rp 100 ribu per anggota setiap bulannya.

Bukan bazar, bukan obralan, bukan pula sedang cuci gudang. Tapi sudah menjadi kebiasaan di setiap pertemuan kelompok 114, selalu ada anggota yang membuka lapak. Seperti terjadi pada pertemuan kelompok yang diselenggarakan di Wisma Tengger  pada 8 Juni lalu. Beberapa anggota menggelar dagangannya, mulai dari makanan sampai dengan baju.

Suasanapun menjadi riuh oleh suara anggota yang memilih-milih barang. Apalagi mendekati lebaran, antusias anggotapun cukup tinggi dalam memilih dan memilah baju. Harganyapun bervariasi mulai dari dibawah seratus ribu hingga ratusan ribu. Tapi keriuhan itu berubah ketika Ibu Indri selaku sekretasis kelompok 114 memperingatkan bahwa pertemuan akan dimulai.

Temu Anggota

Satu per satu anggota mulai memasuki ruang tamu untuk mengikuti proses pertemuan kelompok. Karena jumlah yang hadir sudah lebih dari 50 %, acarapun dibuka oleh Ibu Indri. Sementara Ibu Hartoyo selaku PJ I tetap melakukan aktivitasnya dalam mengadministrasikan pembayaran kewajiban anggota. Sedangkan Ibu Kasmayati selaku PJ II mengurusi keuangannya.

Setiap anggota yang baru hadir langsung menemui PJ untuk mengambil tas kecil yang berisi kitir. Jumlah kewajiban yang tertera di kitir itupun dicocokan dengan lembar tagihan dan lembar konfirmasi. Setelah semuannya sudah cocok, uang dimasukan dalam tas kecil untuk diserahkan kepada PJ. Nampaknya prosesi ini sudah menjadi hal rutin dan kebiasaan setiap anggota. Dengan demikian dalam tahapan pembayaran kewajiban ini tidak menjadi ribet dan memakan waktu.

“Bagaimana ibu-ibu untuk SPP, apa dibaca sendiri-sendiri atau dibacakan PJ ?” tanya Ibu Hartoyo memulai membuka musyawarah pengajuan pinjaman. Mendapat tawaran demikian, anggotapun serentak menjawab agar dibaca oleh PJ saja. Nampaknya dalam hal ini anggota tidak ingin ribet dan ingin cepat selesai.

Sebetulnya untuk pembacaan SPP lebih baik dibacakan sendiri oleh anggota sebagai bentuk tanggung jawabnya. Disamping itu, tidak sampai ada yang terlewatkan seperti pada pertemuan bulan sebelumnya. Dimana ada anggota yang SPP tapi tidak dibacakan sehingga batal SPP. Sementara anggota bersangkutan juga tidak mendengarkan apa yang dibacakan PJnya. Sehingga tidak terjadi koreksi.

Kendati demikian rasa saling percaya diantara anggota kelompok 114 ini juga cukup tinggi. Terbukti keputusan untuk menyetujui SPP teman begitu mudah diberikan. Tentu saja hal tersbut terjadi karena masing-masing anggota bisa menjaga kepercayaan. Buktinya sejak berdiri di tahun delapan puluhan hingga kini, hanya terjadi sekali peristiwa TR dengan nilai sekitar Rp 7 juta. Itupun terjadi pada tahun sembilan puluhan.

Menginjak pada tahapan acara pengarahan PJ, Ibu Hartoyo mengangkat masalah tabungan kelompok. Nampaknya masalah tabungan kelompok ini sering dipertanyakan anggotanya. Hal itu wajar, mengingat jumlah tabungan kelompoknya sangat besar. Karena setiap bulan anggota membayar tabungan kelompok sebesar Rp 100 ribu. Tak mengherankan bila tabungan kelompok pernah mencapai Rp120 juta.

Jalan-jalan

Dikelompok 114 ini, tabungan kelompoknya tidak hanya difungsikan sebagai payung kelompok untuk mangatasi TR. Tapi juga sebagai simpanan anggota untuk acara jalan-jalan. Tidak tanggung-tanggung, jalan-jalannya sampai keluar negeri. Pada Maret lalu misalnya, anggota kelompok 114 mengadakan jalan-jalan ke Thailand.

“Waktu ke Bangkok itu yang ikut 23 anggota. Untuk itu kita mengambil tabungan kelompok. Supaya adil, untuk yang tidak ikut ke Bangkok mendapat pengembalian sebesar Rp 3,3 juta per anggota. Sampai dengan Mei tabungan kelompok tersisa sekitar Rp 13 jutaan. Tahun depan nanti kita sudah sepakat untuk jalan-jalan ke Korea. Makanya tabungan kelompok ini kita giatkan Rp 100 ribu perbulan,” tukas Ibu Hartoyo.

Jalan-jalan

Jalan-jalan keluar negeri ternyata bukan hanya sekali itu saja dilakukan kelompok 114. Setidaknya pada tahun 2012, kelompok yang kini beranggotakan 40 ibu itu berwisata ke Batam yang kemudian dilanjut ke Singapura dan Malaysia. Tiga tahun kemudian, kelompok 114 kembali mengadakan jalan-jalan dengan tujuan wisata di Hongkong.

Pertemuan kelompok dilakukan di hotel juga sering dilakukan kelompok ini. Karena memang pertemuan kelompok tidak menetap disatu tempat. Hal tersebut bergantung pada anggota yang mendapat arisan. Dikelompok ini, nilai arisannya mencapai Rp 500 ribu dan dapatnya sekitar Rp 4 jutaan.

Memang kelompok 114 ini berawal dari kelompok ibu-ibu yang tinggal dikawasan elit Darmo Permai. Tapi dalam perkembangannya, banyak anggota yang pindah tempat tinggal namun tetap ingin tergabung di kelompok 114. Bahkan diantaranya ada yang kini tinggal di Tuban dan Jakarta. Kendati demikian mereka tetap datang saat pertemuan kelompok.

“Saya itu menjadi anggota sejak masih kuliah. Sekarang saya sudah mempunyai 3 cucu. Walaupun sekarang ini saya tinggalnya di Tuban, tapi saya selalu datang ke pertemuan kelompok. Karena memang seneng bisa bertemu dengan teman-teman di kelompok ini,” tukas Ibu Har yang menjadi anggota sejak tahun delapan puluhan.

Selain Ibu Har, saat ini masih ada empat ibu yang menjadi anggota Kopwan SBW diawal tahun delapan puluhan. Mereka adalah Ibu Ninik, Ibu Yuwono, Ibu Setyo dan Ibu Toro. Menurut mereka, menjadi anggota SBW itu banyak manfaatnya, makanya tetap bertahan hingga kini. Hubungan antar anggota sudah seperti saudara membuat anggota enggan untuk keluar dari kelompok 114 walaupun sudah pindah tempat tinggal.

Disamping kebersamaan, rasa kepedulian terhadap sesama dari anggota kelompok 114 juga cukup tinggi. Terbukti, kelompok 114 menjadi penyumbang terbesar pada kegiatan Baksos di Ponorogo. Kelompok ini telah bersepakat, setiap anggota menyumbang Rp 50 ribu dan diambil dari tabungan kelompok. Dari sumbangan anggota tersebut terkumpul sekitar Rp1,9 juta lebih. Itulah sebabnya ada 1 perwakilan dari kelompok ini untuk mengikuti kegiatan Baksos di Ponorogo yang diselenggarakan pada 20 Mei lalu. (gt)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.